Asatidz

Asatidz
Asatidz PPI 84

Minggu, 27 Desember 2009

waktu selalu baru

Aku adalah Waktumu …

Rahmat Najieb

Demi waktu, sesungguhnya manusia ada dalam kerugian… (QS al-'Ashr (103) : 1-2)

Wahai manusia!

Aku adalah makhluk baru. Hari ini adalah hari ini, bukan kemarin bukan pula hari esok, walaupun namaku tidak berubah demikian pula nama bulan dan minggu, tapi aku adalah makhluk baru… mengapa kamu baru mengingatku hanya pada akhir tahun atau tahun baru. Padahal aku selalu baru yang takkan kembali pada masa lalumu.

Wahai manusia!

Aku adalah waktu yang selalu menemanimu. Menjadi saksi seluruh amal-amalmu; amal baikmu, amal burukmu, juga amal-amalmu yang tak menentu.

Aku adalah zaman yang mencatat sejarahmu; mencatat jayamu, dan masa surammu.

Aku adalah ajal yang mengakhiri hidupmu; bila aku datang seorang pun tidak ada yang dapat menghalangiku.

Aku adalah masa yang menjadi harapanmu; yang harus kau isi dengan amal yang lebih baik dari masa dulumu.

Wahai manusia!

Lihatlah sekelilingmu; daun-daun yang dulu segar, kini mereka gugur. Bunga-bunga yang dulu mekar kini mereka layu.

Perhatikan pula kaum kerabatmu, orang tuamu semakin renta, bahkan sudah tiada, anak-anakmu semakin dewasa, bahkan sudah menggantikan posisimu.

Gelarmu sudah bertambah; dulu disebut ananda, paman, ayah dan ibu. Sekarang kamu sudah punya menantu dan cucu. Sebentar lagi mereka memanggilmu kakek dan buyut.

Sadarkah kamu; wajahmu sudah berubah, langkahmu semakin goyah, ubanmu terus bertambah, demikian pula kulitmu menjadi keriput.Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah jasadmu menuju kubur. Jasadmu akan hancur, tetapi hidupmu akan berlanjut.

Wahai manusia!

Beribadahlah dengan ikhlash, waktumu sangat terbatas, Rabbmu selalu menilai amal baikmu. Sedikit banyak kamu pasti akan melihatnya, tidak akan dizhalim sedikit pun. Jangan tangguhkan niat baikmu sampai esok atau lusa sebab aku cepat berlalu.

Aku menyaksikanmu, kamu banyak bersalah dan sering berbuat dosa, bertobatlah sekarang juga, jangan kamu tangguhkan sampai kamu menderita, yakini Rabbmu Maha Pengampun.

Wahai manusia!

Setiap kamu akan rugi bila tidak mengenalku, tidak bersahabat denganku, apalagi melupakanku. Isilah aku dengan iman dan amal-amal baikmu, saling berwasiatlah dengan benar dan sabar. Aku menunggumu.


Rahmat Najieb, Dzikra: Doa Penyesalan

mengapa memilih pesantren

Mengapa Memilih Pesantren?

M. Rahmat Najieb

(al-Mudirul 'Am Pesantren Persis Ciganitri)

Minat memasukkan anak usia sekolah ke pesantren akhir-akhir ini meningkat, seiring pengetahuan para orang tua tentang kiprah para ustadz dan alumninya yang muncul menjadi orang sukses sebagai pengusaha dan pemimpin masyarakat. Ada yang menjadi anggota legislatif, kepala daerah bahkan kepala negara. Dulu tidak banyak orang tahu mengenai keberhasilan lembaga pendidikan ini, yang mereka ketahui lulusan pesatren paling banter menjadi mentri agama, bahkan yang mereka tahu tamatan pesantren hanya menjadi guru ngaji atau imam masjid yang berpenghasilan rendah.

Lebih dari itu sebenarnya pendidikan pesantren sangat menjanjikan kebahagiaan dunia-akhirat. Sekalipun yang digeluti hanya kitab kuning atau buku-buku agama, tetapi isi kitab-kitab itu tidak hanya membahas masalah hubungan makhluq dengan Khaliqnya. Dengan kata lain hanya masalah ibadah dalam arti sempit. Kitab-kitab yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah memberikan ilmu pegetahuan secara sempurna. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia. Justru yang paling banyak dibahas dalam al-Quran adalah mu'amalah, hubungan antar manusia dan alam sekitarnya. Cukup dengan menafsirkan al-Quran saja, kita akan mendalami ilmu sosial yang tinggi, dan pengetahuan alam yang luas. Para santri dibekali ilmu sosial yang sangat adil dan mengagumkan; mulai dari mengenali diri sendiri, hubungan antar anggota keluarga, hukum pidana dan perdata, sampai hubungan internasional.

Demikian juga tentang alam cakrawala yang diceritakan dalam al-Quran mendahului penemuan manusia. Dulu orang berfikir bahwa matahari adalah abadi, tetapi para santri membaca beberapa ayat al-Quran yang menerangkan tidak ada yang abadi selain Allah, suatu saat matahari akan padam, bintang-bintang berjatuhan, laut mengamuk sampai melintasi gunung-gunung. Para santri meyakini kejadian kiamat itu dengan tashdiq (membenarkan) al-Quran, bukan berdasarkan penelitian dan pengamatan secara ilmiah. Pengetahuan alam yang dipelajari dijadikan bukti kemukjizata satu-satunya kitab suci yang abadi.

Dalam pendidikan pesantren, segala ilmu pengetahuan dikaitkan dengan keesaan Allah (Tauhid) dan berujung pada penghambaan diri hanya kepada-Nya, bahkan terpokus kepada kehidupan akhirat. Inilah yang sering dilupakan oleh manusia. Mereka tidak sadar bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat; jika ada orang yang mendapat keni'matan dunia, sesungguhnya tidak ada keni'matan yang sebanding dengan surga. Jika ada yang mengalami penyiksaan keji di dunia, sebenarnya tidak ada siksaan yang sangat pedih dan menyakitkan selain neraka Kehidupan dunia hanyalah sebagai jembatan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. Untuk meyakinkan itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh para ustadz dan kiai yang benar-benar memahami dalilnya. Memang sekarang muncul kiai atau ustadz-ustadz yang sebenarnya lebih cocok disebut penceramah. Mereka mampu mensosialisasikan tentang keislaman, tetapi saat dihadapkan kepada masalah fiqih, kadang-kadang jawabannya tidak tepat, mereka mengandalkan ra-yu (pikiran), atau qaul/ madzhab (pendapat) ulama, dengan prinsip asal manfaat tanpa pertimbangan syar'I. Yang pada akhirnya umat tidak masuk Islam secara kaaffah (menyeluruh).

Ayat yang pertama diturunkan adalah tentang perintah membaca (IQRA), menulis (ALLAMA BIL QALAM) dan penelitian (KHALAQAL INSANA MIN 'ALAQ), artinya pendidikan melandasi semua kegiatan dan menjadi pondasi kemajuan suatu negri. Apa yang harus dibaca? Bukankah Nabi Muhammad Saw tidak bisa baca tulis? Ternyata yang disebut membaca tidak hanya melihat tulisan kemudian melafalkannya. Melihat kondisi dan perilaku masyarakat pun termasuk membaca, yang selanjutnya harus difikirkan bagaimana cara mengubah mereka dari akhlaq madzmumah (tercela) menuju akhlaq karimah (terpuji). Rasulullah Saw tampil sebagai teladan bagi masyarakat Quraisy yang jauh dari petunjuk. Beliau berda'wah dengan hikmah (contoh yang bijak) dan maw'izhah hasanah (nasihat yang menyentuh). Materi da'wahnya adalah wahyu yang terus menerus turun saat itu. Dalam hal ini pesantren mencoba membuat masyarakat kecil di bawah asuhan kiai atau ustadznya. Kegiatan sehari-hari para santri langsung di bawah bimbingan para ustadz dan murabbiy yang tinggal di pesantren. Dalam program jam'iyah Persatuan Islam dikenal dengan istilah Shuratun mushaggaratun 'anil Islami wa hikmatuhul asma (menciptakan miniatur masyarakat Islam yang diharapkan berpengaruh besar bagi masyarakat sekitarnya). Sebab itu lembaga pendidikan pada jam'iyah ini bernama pesantren, sekalipun tidak semuanya dilengkapi dengan asrama.

Pada saat ini system pendidikan pesantren bervariasi dengan tujuan yang berbeda, system pendidikan lain banyak mempengaruhi kurikulum pesantren. Begitu besar pengaruhnya sehingga pesantren tinggal nama, yang dominan adalah pendidikan keduniaan yang bertujuan agar anak bisa hidup dan mempertahankan kehidupan layaknya sekolah pada umumnya, sekalipun memang diberikan pelajaran agama lebih dari sekolah plus. Sedangkan pendidikan keagamaan bertujuan utamanya adalah mencari keridlaan Allah dalam kehidupan dunia. Ada juga yang disebut dengan pesantren pertanian, pesantren pembangunan. Sedangkan model lain ialah yang mengkorelasikan dan mensinergikan mata-mata pelajaran tersebut, dengan tujuan meraih kebahagiaan dunia akhirat (fid dun-ya hasanah wa fil akhirati hasanah).

Pesantren yang memadukan dua kurikulum memberikan dua ijazah dari pesantren dan dari Depag. Ijazah negeri ini dihargai oleh Diknas, artinya membuka peluang kepada para lulusannya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, bahkan bisa melanjutkan ke luar negeri. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi calon santri dan orang tuanya. Dengan kata lain tidak perlu repot memberi materi diniyah (keislaman) kepada anak-anak yang menjadi kewajiban para orang tua. Untuk berhasil dan tidaknya tergantung kesungguhan semua pihak; ustadz, orang tua terutama anak itu sendiri. Tetapi yang penting anak-anak pesantren telah dibekali kunci untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta telah ditunjuki jalan ke surga. Coba bandingkan dengan pendidikan luar pesantren, mulai dari SD s.d SMA seberapa dalam pengetahuan diniyyah yang diberikan? Orang tua wajib memberikan pelajaran tambahan di rumah. Jika tidak mereka kelak harus menanggung akibatnya di hadapan Allah, sebab merekalah yang menjadikan anak-anaknya seperti yahudi, nasrani, sekuler dsb.

Selebihnya pendidikan pondok pesantren khususnya di lingkungan jam'iyah Persatuan Islam siap mencetak calon ulama yang tafaqquh fiddin (memahami dan mendalami masalah-masalah diniyah secara khas dan spesifik). Tujuan itu sangat ideal sebagai sambutan atas firman Allah


Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS at-Taubah (9) : 122).

Jangan sampai terjadi semua orang pergi berjihad fi sabilillah walaupun besar pahalanya. Apalagi semua menjadi politikus, ekonom, pengusaha dan sebagainya, sehingga tidak ada yang menjadi ustadz. Menjadi ustadz pahalanya akan lebih besar lagi, karena mengajarkan ilmu yang bermanfaat, yaitu amar ma'ruf dan nayi munkar. Adakah pahala yang lebih baik daripada orang yang memahami Islam dan mengajarkan lagi? Rasulullah Saw bersabda,

« مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ ، وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ »

Siapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kebaikan, Dia akan menjadikannya tafaqquh fiddin. Mendapatkan ilmu itu hanya dengan belajar. (HR al-Bukhariy)

« خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ »

Yang paling baik di antaramu adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya lagi (HR al-Bukhariy dan at-Tirmidziy).

Ada tiga macam amal yang dijamin Rasulullah Saw dapat mengalirkan pahala sekalipun kita sudah tiada, Sabdanya,

« إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ».

"Jika manusia mati maka putuslah amalnya kecuali tiga hal yang akan mengalirkan pahala; 1) shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shaleh yang mendo'akan kebaikan baginya." (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidziy, dan an-Nasaaiy).

Ketiga amal di atas bisa diperoleh dengan memasukkan anak ke pesantren karena: 1) segala nafaqah untuk kelancaran belajar anak akan menjadi shadaqah jariyah, 2) ilmu yang dipelajarinya bermanfaat dan dapat diajarkan lagi, 3) dari hasil belajar, diharapkan anak menjadi shaleh, karena tafaqquh fiddin dan do'anya terkabul. Tunggu apalagi?